Tersadar Karna Serupa Mengikuti Suara Isak

saya juga turun dari spring bed serta bersandar di bangku berlengan yang terdapat dalam kamar itu. “lho, kenapa di danau sich? disini saja ama saya. khan lokasi tidurnya lagi luas” keberatan angkuh. dari pada diprotes lalu (serta karna benar ngarepin) saya juga balik berebahan di sebelahnya.

lamban abdi bengong, saya duga beliau telah tertidur, sehingga saya setelah itu membuka ikat pinggang serta retslueting celana jeansku, karna saya benar enggak lazim tidur atas celana jeans, terlebih terkadang saya tidur cuma atas celana cepak, tanpa celana dalam. “kenapa abang? ketang betul? ” pertanyaan angkuh yg nyatanya belum tidur.

“iya, saya ga lazim tidur memakai jeans” jawabku. “ya udah, celananya dibuka saja, abang ari memakai gebar ini lho” tutur angkuh lagi smbil memberikan gebar serta setelah itu membalik badannya. jadilah saya cuma bercelana dalam berbalut gebar tidur disamping angkuh.

sekeliling jam 3 dinihari, saya tersadar karna serupa mengikuti suara isak. kala kubuka mata, nyatanya di depanku angkuh meratap dengan memandangku. saya yang buncah setelah itu bersoal kok, bukannya bereaksi, isak angkuh malah kian tangguh. cemas disangka melaksanakan kebengisan oleh orang diluar kamar, saya mengeluarkan angkuh serta mendekapnya.

angkuh memelukku akrab serta berkisah kalau dahulu akar enggak harmonisnya ikatan antara beliau atas cowoknya karna cowoknya mewajibkan beliau buat berangkaian tubuh. amat belas kasih, saya juga mendekapnya dalam pelukanku. kurang ingat bila ketika itu saya cuma mengenakan celana dalam.